Acapkali, antara kenikmatan, kelezatan dan keindahan tidak
berjalan bergandengan dengan kebaikan, keselamatan, dan kebenaran. Maka, sebab
itulah kita banyak keliru. Mengira semua nikmat adalah baik, semua yang lezat
adalah selamat, semua yang indah adalah
benar. Kemenangan hawa nafsu yang mengantar kita pada rasa sakit karena semua
hanya fatamorgana.
Nikmat, lezat,dan indah yang membuai indera dan melenakan
jiwa, yang sesaat kita rasakan. Pada pencapaiannya yang tinggi dipuncak, kita
sering menyangkanya KESUKSESAN. Kita pungkiri, kita buang jauh-jauh kemungkinan
lain, bukankah bisa saja ia bukan hasil yang membanggakan?, tetapi hanya sebuah
jebakan laba-laba. Menawan memang, namun rapuh.
Hemp…. Lalu ukhtiy, untuk semua yang membingungkan itu,
persiapan apa yang mesti kita miliki? Jika yang nikmat, lezat, dan indah tidak
selalu pantas menjadi pilihan?. Dan bagaimana dengan semua kebalikannya yang
biasa tidak disenangi naluri yang memang menyenangi kenyamanan? Bagaimana caranya?
Penerimaan atas ilmu Allah yang Maha sempurna adalah awalnya.
Ia menyingkap kepalsuan dan tipu daya yang bersembunyi pada tampilan indah nan
lezat. Menyadarkan akal akan ranjau-ranjau nafsu yang banyak menipu. Menyadarkan
bahwa apa yang sesuai dengan arahan-nya lah yang menjadi standar dasar pilihan
kita.
Kemudian, kita mesti belajar mengasa kepekaan jiwa agar bisa
bersama dengan kebenaran, walaupun secara logika sering bertolak belakang
dengan konsep penerimaan hawa nafsu kita.
Beriman berarti percaya, ia melompati batas suka dan tidak
suka. Hamba yang beriman adalah kaum yang dihentkan oleh al-Qur’an, demikian
seorang ulama mengatakan. Hingga seluruh ukurannya bukan pada kebutuhan dan
keinginan, namun pada bagaimana Allah mengaturnya. Karena percaya bahwa rasa
bukanlah ukuran kebenaran. Karena mengerti bahwa apa yang disukai bisa saja
jadi keburukan, dan apa yang dibenci bisa menjadi kebaikan bginya. Allahlah
yang Maha Tahu.
Maka, hamba yang beriman mempercayakan pada ar-Rahman, bukan
pada penerimaan dan penolakan nafsu. Baginya semua keadaan adalah kebaikan,
selama tahu cara menikmatinya. Ukhtiy….bukankah kehidupan hamba yang beriman
itu indah???? ^_^
+ komentar + 1 komentar
Bismillah...
MasyaaAllah, barakallaahu fiik...:-)
Post a Comment
Jangan pergi begitu saja. Setidaknya, silakan berkomentar dulu ya!
Syukran wa Jazakumullahu Khair.