Home » » Melintasi batas; suka-tidak suka

Melintasi batas; suka-tidak suka

Written By FUM Makassar on Nov 28, 2012 | 28.11.12


Acapkali, antara kenikmatan, kelezatan dan keindahan tidak berjalan bergandengan dengan kebaikan, keselamatan, dan kebenaran. Maka, sebab itulah kita banyak keliru. Mengira semua nikmat adalah baik, semua yang lezat adalah selamat,  semua yang indah adalah benar. Kemenangan hawa nafsu yang mengantar kita pada rasa sakit karena semua hanya fatamorgana.

Nikmat, lezat,dan indah yang membuai indera dan melenakan jiwa, yang sesaat kita rasakan. Pada pencapaiannya yang tinggi dipuncak, kita sering menyangkanya KESUKSESAN. Kita pungkiri, kita buang jauh-jauh kemungkinan lain, bukankah bisa saja ia bukan hasil yang membanggakan?, tetapi hanya sebuah jebakan laba-laba. Menawan memang, namun rapuh.

Hemp…. Lalu ukhtiy, untuk semua yang membingungkan itu, persiapan apa yang mesti kita miliki? Jika yang nikmat, lezat, dan indah tidak selalu pantas menjadi pilihan?. Dan bagaimana dengan semua kebalikannya yang biasa tidak disenangi naluri yang memang menyenangi kenyamanan? Bagaimana caranya?

Penerimaan atas ilmu Allah yang Maha sempurna adalah awalnya. Ia menyingkap kepalsuan dan tipu daya yang bersembunyi pada tampilan indah nan lezat. Menyadarkan akal akan ranjau-ranjau nafsu yang banyak menipu. Menyadarkan bahwa apa yang sesuai dengan arahan-nya lah yang menjadi standar dasar pilihan kita.

Kemudian, kita mesti belajar mengasa kepekaan jiwa agar bisa bersama dengan kebenaran, walaupun secara logika sering bertolak belakang dengan konsep penerimaan hawa nafsu kita.
Beriman berarti percaya, ia melompati batas suka dan tidak suka. Hamba yang beriman adalah kaum yang dihentkan oleh al-Qur’an, demikian seorang ulama mengatakan. Hingga seluruh ukurannya bukan pada kebutuhan dan keinginan, namun pada bagaimana Allah mengaturnya. Karena percaya bahwa rasa bukanlah ukuran kebenaran. Karena mengerti bahwa apa yang disukai bisa saja jadi keburukan, dan apa yang dibenci bisa menjadi kebaikan bginya. Allahlah yang Maha Tahu.

Maka, hamba yang beriman mempercayakan pada ar-Rahman, bukan pada penerimaan dan penolakan nafsu. Baginya semua keadaan adalah kebaikan, selama tahu cara menikmatinya. Ukhtiy….bukankah kehidupan hamba yang beriman itu indah???? ^_^ 
Share this article :

+ komentar + 1 komentar

Tuesday, December 04, 2012 5:13:00 AM

Bismillah...
MasyaaAllah, barakallaahu fiik...:-)

Post a Comment

Jangan pergi begitu saja. Setidaknya, silakan berkomentar dulu ya!
Syukran wa Jazakumullahu Khair.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Forum Ukhuwah Muslimah Makassar - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger