Home » » Tidakkah Kamu Perhatikan? (Sebuah surat untuk bapak Presiden)

Tidakkah Kamu Perhatikan? (Sebuah surat untuk bapak Presiden)

Written By FUM Makassar on Dec 4, 2013 | 4.12.13


Oleh: Diena Rifa’ah

Apa kabar, Pak?
Semoga selalu dilimpahkan rezeki atasmu dalam keberkahan, dan diberikan kesehatan padamu dalam kebaikan. Tentu  kau  memerlukan kekuatan yang begitu besar untuk dapat mengemban amanah berat di pundakmu di dunia ini, pun untuk mempertanggungjawabkannya di akhirat nanti.

Pak, tulisan ini mungkin hanya sebuah  coretan sederhana yang jauh dari ilmiah. Ia juga hanyalah suara hati dari seseorang yang bukan siapa-siapa dan tidak  pun membawa berita yang baru. Namun, semoga kesederhanaan ini tidak mengurangi kebenaran atas apa yang akan tulisan ini sampaikan padamu.

Hari itu sebenarnya biasa saja. Hari pertama dalam penanggalan bulanDesember yang seharusnya sama dengan hari-hari lainnya. Namun, ia menjadi tidak biasa saat isu itu berhembus dengan  kencang. Berita pun menyebar kemana-mana seolah  tiada yang dapat  membendungnya. Ini tentang sebuah program yang dilakukan pemerintah terkait dengan hari AIDS sedunia. Namanya, Pekan Kondom Nasional. Sungguh, mendengar  judulnya saja sudah membuat bulu kuduk bergidik.Ada apa dengan benda itu? Mengapa ia harus dibuatkan kegiatan dalam tujuh hari penuh?

Hingga sakit kepala saya memikirkannya, Pak. Logika saya yang dangkal ini tetap tidak dapat menangkap kesesuaian antara mencegah HIV/AIDS dengan kegiatan bagi-bagi ‘pengaman’ itu. Bahkan dari beberapa artikel yang saya baca, nyatanya penularan  penyakit  mengerikan itu masih saja bisa terjadi meski menggunakan pengaman. Sementara fakta bahwa meningkatnya penularan lewat hubungan seksual pun ternyata melonjak dibanding jalur-jalur penularan lainnya. Bukankah itu mengerikan? Tapi tetap saja, membagi-bagikannya kepada khalayak ramai tetap tidak dapat masuk dalam logika saya. Apalagi saat tempat dibaginya ternyata di antaranya adalah kampus-kampus tempat orang-orang intelek berada, yang meski tidak diberitahu pun nampaknya sudah cukup tau tentang hal itu. Sementara, tidak semua dari mereka adalah orang-orang yang terjerumus pada seks bebas. Bukankah, dengan membagikan hal itu justru bisa menjadi celah mereka menemukan inspirasi untuk justru melakuka tindakan dosa itu?

Maka belum lagi reda pening itu, jantung ini rasanya ikut terpacu begitu cepat saat beberapa testimoni dan saksi di lokasi kejadian menyatakan langsungbeberapa hal yang bersebrangan dari apa yang diprogramkan.

“Tiba-tiba ada yang datang membagikan-bagikan sesuatu. Tanpa ada informasi apa-apa, ternyata sepaket kondom itu sudah ada di tangan saya!”

“Mereka masuk ke kampus saya, membagi-bagikan kondom sambil berujar –entah serius atau hanya bercanda, ‘Dicobasama pacarnya yah...’”

Duhai Bapak yang terhormat, apa yang sedang coba kita undang? Apa yangsedang kita nantikan? Adzab-Nya-kah? Naudzubillah...

Pak, saya pernah berkesempatan untuk berpraktik kerja pada sebuah apotek.Di sana dapat saya amati bahwa memang ‘benda itu’ adalah sesuatu yang wajar saja untuk digunakan, tentu oleh orang-orang yang memang berhak untuk menggunakannya. Dan para pembelinya rata-rata, bahkan meski mereka memang berhak, namun tetap saja ada rasa malu pada wajahnya. Entah ditutup dengan helm, atau bergegas ingin segera membayar dan pergi. Apalagi tentu orang-orangyang memang ingin menggunakannya untuk maksiat, tentu akan lebih canggung lagi! Maka masih ada rasa malu, Pak! Setidaknya masih ada rasa malu yang menjaga seseorang untuk mengurungkan niat bermaksiatnya saat benda itu tidak dengan mudah diakses oleh siapa saja. Maka saat ia kemudian diobral bahkan dibagi-bagikan dengan gelontoran dana negara yang tidak sedikit jumlahnya,tentu tidak heran jika begitu banyak yang mempertanyakan ini semua! Telah nyataadzab pada kaum yang durhaka sebelum kita, tidakkah kita memperhatikan?

Miris sekali rasanya, Pak. Saat kemaksiatan dibukakan pintunya begitu luas,sementara kebaikan seolah dihalangi  rapat-rapat. Baru saja kami turutb ergembira atas dibolehkannya saudari-saudari muslimah kami para polwan untuk mengenakan jilbab, tiba-tiba kabar pembatalannya datang, dengan alasan tidaka danya anggaran. Saudari-saudari kami itu, Pak, mereka juga para muslimah yang berkewajiban menaati perintah Rabbnya. Telah diperintahkan dalam ajaran  agama kita untuk menutup aurat, maka nampaknya tidak masuk diakal saat ternyata justru negara (yang begitu kami banggakan karena menjadi berpenduduk mayoritas muslim di dunia) ini yang melarangnya! Saudari-saudari kami itu, Pak, merekahanya ingin beribadah dengan bebas sebagaimana bebasnya mereka shalat, puasa,dan berzakat. Mereka hanya ingin menjalankan tugasnya kepada negara tanpa harus mendurhakai tugas yang telah diberikan pula oleh Allah. Lalu mengapa mereka dilarang dan dihalang-halangi? Dimana hak asasi manusia itu? Dimana mereka yang memprotes pelarangan rok mini itu? Dimana toleransi itu? Ataukah bahkan Negara ini telah tega bersikap diskrimintif bahkan pada umat mayoritasnya sendiri?

Pak, masih ada waktu untuk memperbaiki semuanya. Masih ada masa untukbersujud taubat dengan menyungkur pada-Nya. Tidakkah kita takut pada azab yang bukan hanya menimpa pelaku maksiat namun akan merata pada seluruh penduduknegeri? Jika mungkin hati kita telah beku dan tidak lagi bersemangat atas kabar gembira bagi orang-orang yang takwa, maka mungkin memang saatnya kita menetapi hati dan menghadirkan lagi ketakutan kita pada-Nya. Begitu mudah kitadilenyapkan-Nya dengan kekuasaan-Nya. Bahwa begitu mudah bagi-Nya mengganti kita dengan generasi yang lebih tahu berterima kasih.

Duhai Bapak Presiden yang budiman, semoga hidayah Allah senantiasa dicurahkan kepada kita semua. Aamiin.

Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan langit dan bumidengan hak? Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakankamu dan mengganti(mu) dengan makhluk yang baru.” (QS. Ibrahim [14]:19)

Top of Form

Share this article :

Post a Comment

Jangan pergi begitu saja. Setidaknya, silakan berkomentar dulu ya!
Syukran wa Jazakumullahu Khair.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Forum Ukhuwah Muslimah Makassar - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger